Kamis, September 11, 2008

Ramadhan tiba lagi

Pada suatu sore, temanku bernama Eet, mengetuk pintu kamarku yang terbuat dari kayu jati bercat biru dan telah menjadi abu-abu karena sinar matahari. "Pit, kamu ngga ngaji? ayo jangan tidur saja, masa puasa kerjanya cuma tidur?" gerutu Eet, berdiri di depan pintu memakai baju takwa (gamis) dan sarung warna kotak-kotak merah dan garis hitam, tangannya membawa Al-Quran dilekatkan di dada.

Aku langsung bangkit dan minta Eet tunggu sebentar, aku langsung lompat dan ambil handuk lalu mandi bak seekor burung seriti, mandinya cukup mencelupkan badan beberapa detik saja. Aku langsung pakai baju gamis dan sarung lalu menyambar kitab suci Al-Quran. Kita berdua memang senengnya lari, bergegas menuju ke mushalla di Desa Ngaban Tanggulangin.

Setiap sore aku dan Eet selalu bergantian untuk mengingatkan berangkat mengaji. Tapi aku yang paling sering tidur keblabasan hingga menjelang Ashar tiba, sehingga tidak jarang kita berdua hampir terlambat mengisi bak mandi untuk wudlu di mushalla. Meski puasa, rasa capek mengisi bak mandi tak pernah dikeluhkan oleh temen-temenku mengaji yang semua rata-rata duduk di bangku SD kelas 4.

Kini aku lihat anak-anak di kampungku yang mengaji, alhamdulillah jumlahnya makin banyak, tapi mereka rapi semua, bajunya mode sekarang, warna-warni dan jarang yang pakai sarung, kebanyakan pakai celana panjang. Yang sam cuma soal mengisi waktu menunggu salat Ashar yakni main petak umpet dan saling kejar-kejaran. Bahkan tak jarang main bola dulu, tapi tak ada acara atau kewajiban mengisi bak mandi untuk tempat wudlu, karena semua itu telah diganti dengan tenaga listrik. Dulu memang belum ada listrik. Jadi tenaga santri yang jadi andalan.

Sekarang aku masih merindukan berpuasa dengan temen-temen di desa. Sekarang puasa Ramadhan telah tiba lagi dan usiaku sudah hampir 42 tahun, tapi aku merasa ibadahku kok ya pas-pasan terus, tidak ada kelebihannya. Pernah aku berguru kepada seorang kiai untuk mengisi Ramadhan agar lebih bermakna maksudku, tapi rupanya terbentur dengan kesibukanku sebagai karyawan.

Aku pernah bertanya kepada Mbah Nur Sufi tentang puasa, "Mengapa Ramadhan terus datang setiap tahun tapi kok masih banyak aksi kriminal, korupsi, pencuri, rampok, dimana-mana?"

Mbah Nur waktu itu baru saja selesai melaksanakan salat Ashar berjamaah dengan para muridnya. Dengan duduk bersilah, Mbah Nur mengawali penjelasannya dengan mengutip ayat suci Al-Quran

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa." (QS: Al-Baqarah 183)

Berpuasa itu ditujukan kepada orang-orang yang beriman, dan tujuannya untuk meningkatkan taqwa kepada Allah swt. Orang yang beriman, tentu akan patuh pada perintah Tuhannya, dan pasti akan menjauhi segala larangannya. Dengan puasa sebulan penuh, kata Mbah Nur Sufi, orang dilatih fisiknya, perut yang selama ini terisi harus dikosongkan selama 14 jam. Puasa tidak mengenal iklim, tropis, panas, dingin, perintah puasa harus dilaksanakan.

Di negeri kita kebetulan iklim tropis panasnya paling banter cuma 38 derajat celcius, bagaimana dengan di Mekkah, panasnya tentu bisa mencapai 38-40 derajat celcius. Sebaliknya di kutub utara dinginnya bisa dibawah 0 derajat celcius. Semua itu sudah diatur oleh Tuhan, dan manusia di belahan bumi itu sudah terbiasa mengahadapi iklim atau cuaca itu, sehingga nyaris tak ada masalah bila diwajibkan melaksanakan ibadah puasa wajib di bulan suci Ramadhan.

Secara fisik, perut yang kosong tentu membuat fisik seseorang menjadi lemah. Di saat lemah itu manusia sebenarnya berada pada titik terendah. Artinya, manusia tak bisa lagi sombong, mengandalkan fisiknya. Fisik yang lemah, akan membuat orang berfikir lebih jernih, karena kesombongan akan kekuatan fisiknya telah disisihkan. Selain itu, bau mulutnya juga tidak enak, sehingga orang yang puasa selayaknya mengurangi banyak bicara.

"Kalau banyak bicara yang diajak bicara bisa pingsan, karena bau mulutnya," kat Mabh Nur Sufi disambut tawa para muridnya.

Untuk itu, orang yang berpuasa, harus banyak diam diri dan merenungi diri, bukan bertapa, tetapi berdoa, dan bermujat, minta ampunan kepada Allah swt, dengan tanpa banyak suara cukup dalam hati saja. Selain itu digunakan diamnya untuk beristighfar, minta ampun kepada Allah, mumpung bulan penuh ampunan. Syukur-syukur bila bisa baca Al-Quran harus diperbanyak baca kitab suci yang diturunkannya juga di bulan suci Ramadhan.

Dengan mengurangi kegiatan fisik, dan mengurangi omongan yang tidak perlu, maka hati ini akan terlatih dengan aktifitas bathin yang bersih. Yang biasanya berkata dimbumbui kebohongan, sekarang dengan berpuasa menjadi ingat, puasa tak boleh bohong bila puasanya ingin di terima Allah dan tidak sekedar mendapat pahala puasa dari rasa haus dan lapar saja.

Hati pun bersih, pikiran jernih, dan emosi menjadi stabil. Mengapa harus tiga puluh hari. Semua bulan terdiri atas 30 hari berdasarkan kalender bulan, bukan kalender matahari. 30 hari itu merupakan waktu untuk membangun kebiasaan dalam diri manusia. Fisik dan rohani yang terlatih berbuat kebaikan selama 30 hari akan baik seterusnya. Dalam Islam itu disebut dengan istiqomah, artinya dijaga dan dilakukan secara terus menerus.

Nah, mengapa penduduk Indonesia yang mayoritas muslim, dan tentu berpuasa di bulan suci Ramadhan, tetapi aksi kriminal masih banyak. Mbah Nur Sufi menyitir sebuah hadist, dari Abu Hurairah Radliyallaahu ‘anhu bahwa Rasulullah Shallallaahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan dusta dan mengerjakannya serta berlaku bodoh, maka tidak ada keperluan bagi Allah untuk meninggalkan makanan dan minumannya.” Riwayat Bukhari dan Abu Dawud. Lafadznya menurut riwayat Abu Dawud.

Maksud hadist tersebut, kata Mbah Nur Sufi, Allah swt tidak akan menerima puasanya orang-orang yang berpuasa tetapi masih melakukan perbuatan dusta. Dusta itu bisa berjuta makna tentunya. Misalnya, menipu, korupsi, dan lain-lain. Apalagi yang melakukan aksi kriminal, menganiayah, membunuh, mencuri, merampok. Sekarang yang lagi banyak di sorot media massa adalah aksi mutilasi yang dilakukan oleh Ryan di Wates, Jombang, Jawa Timur. Itu merupakan cermin, puasa yang dilakukan oleh orang-orang yang masih saja melakukan berbuatan dusta itu hanya sekedar puasa basa-basi saja. Bukan puasa yang diniatkan untuk mencari ridlo Allah swt.

Nah siapa yang bisa mengukur bahwa puasa seseorang itu sekedar basa-basi, atau untuk maksud tertentu secara duniawi. Manusia biasa tidak bisa melihatnya, karena terkadang orang yang melakukan dusta itu banyak akal bulusnya, di depan banyak orang dia seolah-olah seperti seorang santri yang taat dan sholeh tetapi dibalik itu hatinya kejam dan sering berbuat keji.

Hanya Allah swt yang tau, karena itu Allah menjanjikan pahala yang luar biasa besar bagi hambanya yang berpuasa di bulan suci Ramadhan dengan dasar taqwa. Semua akan ada balasannya kelak. Hanya saja, bila semua menunggu balasan dari Allah swt kelak, tentu akan carut marut negeri ini. Untuk menghindari aksi brutal di bulan puasa atau tindak korupsi atau maksiat di bulan puasa, diperlukan tindakan yang nyata dari orang yang berkuasa.

Maksud orang yang berkuasa disini adalah pemerintah. Pemerintah harus tegas menerapkan aturan yang menghormati umat Islam yang tengah berpuasa. Misalnya, tepat maksiat harus ditutup, tempat perjudian juga harus dihentikan aktivitasnya. Pengawasan harus diperketat. Bila pemerintah dan masyarakat berjalan seiring, Insya Allah bulan suci ini akan menjadi bulan yang penuh ampunan dan rahmat serta limpahan rezeki.

Tapi bila sebaliknya, pemerintah dan masyarakat Islam sendiri cuek dengan kondisi lingkungannya, tidak ada sikap pro aktif dan sikap saling mengingatkan, maka yang harus diingat adalah, kefakiran akan mendekatkan pada kekufuran. Orang yang fakir secara mental dan tidak memiliki pagar iman yang kuat, dia akan condong melakukan kekhufuran, korupsi, menipu, menilap uang perusahaan atau uang rakyat.

Suara Adzan maghrib, menghentikan penjelasan Mbah Nur Sufi, seorang santri diminta segera Adzan dan menikmati ta'jil teh manis dan kue singkong goreng. Ceramah pun berakhir. Hari ini tidak ada tanya jawab.(pit)

Tidak ada komentar:

Komentar