Selasa, September 16, 2008

Karun dan tragedi Zakat di Pasuruan

Mbah Nur sedang duduk di teras mushollah didampingi Eet dan Dodit, dua santrinya yang selalu mengikuti kemana saja Mbah Nur pergi. Para santri lainnya pun ikut duduk di teras, ya iseng-iseng sambil Ngabuburit (mengambil istilah Orang Sunda, untuk waktu menunggu buka puasa Ramadhan).

Kali ini cerita Mbah Nur diawali dengan "Enaknya Jadi Orang Kaya". Para santri langsung duduk merapat mendengarkan dengan seksama, dalam hati para santri mungkin ada kiatnya, bisa jadi orang kaya kelak. "Siapa yang ingin jadi orang kaya?" tanya Mbah Nur. Semua santri mengacungkan tangan.

Mbah Nur mengambil contoh, Karun. Karun adalah anak dari salah seorang paman Nabi Musa AS. Dia menjadi kaya raya, dan kekayaannya akan dikenang semua orang sejagad ini hingga hari akhir nanti. Allah swt berfirman:

"Sesungguhnya Karun adalah termasuk kaum Musa, maka ia berlaku aniaya terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya: "Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri." (QS: Al Qhashas 76).

Karun ini saking kayanya dia lupa bahwa kekayaan yang dia punya itu adalah karunia dari Allah swt. Karun mengira kekayaan yang dimiliki itu diperoleh dari kepandaian akal pikirannya. Tak ada campur tangan dari Tuhan. Bahkan dia menyepelekan adanya kekuasaaan Tuhan. Dengan kekayaannya, Karun ingin selalu tampil wah, dan ingin selalu dipuji orang. Setiap keluar, Karun selalu bermegah-megahan, dengan pengawal, wanita-wanita cantik, dan tak segan-segan memamerkan hartanya. Sehingga banyak orang yang terpesona dan berkeingan atau bercita-cita ingin kaya seperti Karun.

Di zaman sekarang ini semakin banyak orang yang berprilaku mirip Karun. Hidup bermegah-megahan, kemana-mana inginnya dikawal, dan menggunakan kendaraan yang super mewah. Badannya sudah hampir mirip show room barang mewah, Arloji emas merk termahal buatan swiss, cincin berlian, kacamata merk ternama ala artis Hollywood, jas dari kain wool Itali dengan penjahit dari London, seperti penjahitnya bintang Film 007. Tas yang ditenteng kulit dengan buatan Paris. Rokok cerutu dari Jerman, yang bahannya dipanen dari Jember Jawa Timur.

Mereka ini tak mau sarapan di warung bi Ina yang jual pecel dipinggir jalan, sama-sama pecel tapi di hotel bintang lima, dan saat bayar menggunakan kartu kredit yang warnanya hitam alias platinum. Mereka ini seolah ingin menunjukkan pada siapa saja yang berpapasan dengannya bahwa dirinya lah yang paling kaya. Di bandara dia minta tempat tunggu khusus, dengan jet pribadi.

Wajah mereka itu sekarang tercermin di anggota DPR dan para pejabat kita. Coba saja lihat waktu jumpa pers atau diwawancara atau dengar pendapat, pakian hingga asesori yang dikenakan semua bermerk dan mahal. Mereka lupa bahwa dia bisa kaya karena dipilih oleh teman-temannya yang miskin di desa, tapi setelah di Jakarta lupa.

Karun juga sudah diingatkan oleh Nabi Musa AS, bahwa kekayaan yang dia miliki adalah milik Allah, tapi dia malah membantah. Dengan mengatakan, bila dirinya tidak pintar mana bisa kaya. Pernyataan itu tentu menyakitkan orang disekitarnya seolah yang tidak kaya adalah orang-orang bodoh.

Tapi, Allah swt tidak suka dengan kesombongannya, tak terlalu sulit bagi Allah untuk melumat harta kekayaan Karun. Maka, ditenggelamkanlah harta kekayaan Karun beserta Karun. Maka, kini bila kita menemukan harta peninggalan di dalam tanah, sering disebut dengan harta Karun.

"Tapi Mbah, anggota Dewan kita kan belum ada yang ditenggelamkan dalam tanah, seperti Karun?" tanya Eet.

Secara fisik ditenggelamkan dalam tanah memang belum ada, seperti Karun atau Fir'aun yang ditenggelamkan di laut Tengah. Tapi harkat dan martabatnya ditenggelamkan ke titik terendah sudah banyak. Al Amin Nasution, H Bulyan Royan, ini tokoh masyarakat, yang dikenal pintar berdakwah toh juga ditenggelamkan, karena korupsi. Dan masih banyak yang masuk daftar tunggu. Tunggu saja, setelah puasa Ramadhan ini, akan banyak Karun-Karun kecil yang semula menyombongkan diri karena kedudukan dan harta bendanya, akan ditenggelamkan.

"Maka Kami benamkanlah Karun beserta rumahnya ke dalam bumi. Maka tidak ada baginya suatu golonganpun yang menolongnya terhadap azab Allah. Dan tiadalah ia termasuk orang-orang (yang dapat) membela (dirinya)." (QS: Al-Qashash 81).

"Mungkin itu salah strategi Mbah, kalau korupsi terus beramal, mungkin Allah akan punya pertimbangan lain, Karun juga bahil sih," tanda Dodit.

Beramal memang baik, namun tidak semua harta yang kita amalkan dicatat Allah sebagai kebaikan dan mendapatkan pahala atau setidaknya dijauhkan dari segala marabahaya. Amal haruslah dari uang yang halal. Sekarang kalau kita menyiram kotoran dengan air comberan apakah akan bersih? Demikian juga, maksiat atau perbuatan kita yang bergelimang dosa itu masih bisa dikikis dengan amal atau sodaqo dari hasil korupsi.

Cara menghikisnya haruslah insaf atau tobat lalu dibarengi dengan banyak beramal, membayar zakat, infaq, sodaqo, dan tentunya melaksanakan semua perintah Allah, salat dan ibadah lainnya. Hanya saja, kalau korupsi ya harus diproses dulu kasusnya. Bukan, korupsi terus tobat, dan diterima amalnya, itu namanya menyiasati Tuhan, seolah-olah Tuhan tidak Maha Tau.

Karun memang bahil atau kikir dan sikap kikir itu memang dibenci Allah, karena apa? Karena rezeki itu datang dari Allah. Dan harus di sedekahkan ke jalan Allah. Jangan merasa seperti Karun semua rezeki miliknya orang lain tidak berhak. Dan karena kaya merasa dirinya lebih berhak dekat dengan Tuhan, karena semua bisa dibayar dengan uang.

Mbah Nur pun menyitir sebuah Hadist dari Abu Dzarr Ra berkata bahwa beberapa sahabat Rasulullah Saw berkata, “Ya Rasulullah, orang-orang yang banyak hartanya memperoleh lebih banyak pahala. Mereka shalat sebagaimana kami shalat dan berpuasa sebagaimana kami berpuasa dan mereka bisa bersedekah dengan kelebihan harta mereka.” Nabi Saw lalu berkata, “Bukankah Allah telah memberimu apa yang dapat kamu sedekahkan? Tiap-tiap ucapan tasbih adalah sodaqoh, takbir sodaqoh, tahmid sodaqoh, tahlil sodaqoh, amar makruf sodaqoh, nahi mungkar sodaqoh, bersenggama dengan isteri pun sodaqoh.” Para sahabat lalu bertanya, “Apakah melampiaskan syahwat mendapat pahala?” Nabi menjawab, “Tidakkah kamu mengerti bahwa kalau dilampiaskannya di tempat yang haram bukankah itu berdosa? Begitu pula kalau syahwat diletakkan di tempat halal, maka dia memperoleh pahala. (HR. Muslim)

"Tapi Mbah, bagaimana dengan orang yang berniat zakat, tapi justru menimbulkan petaka seperti tragedi di Pasuruan di Masjid Pak Haji Saikon?"

Dari sisi niat memang kekayaannya harus dikeluarkan zakatnya. Tidak ada yang salah dengan Pak Haji Saikon, kata Mbah Nur Sufi, yang salah itu kan mengorganisasiannya. Sekarang ini kan zaman susah, apa-apa harga mahal, meski bisa beli barangnya tidak ada. Lapangan pekerjaan susah. Jadi orang sangat susah cari uang. Bisa jadfi zakat Haji Saikon itu memang sudah menjadi agenda rutin warga miskin disekitarnya. Nah, karena jumlah yang miskin bertambah, panitia tidak siap.

Zakat itu untuk membersihakn harta. Jangan ada niat kotor atau pamer dalam membagikannya. Pembagian zakat secara terbuka tentu akan membuat semua orang dari berbagai daerah akan datang. Harusnya semua diorganisasi yang baik. Salat saja diorganisasi dengan baik, misalnya dengan sistem shaf. Pembagian zakat kenapa tidak meniru organisasi salat, sistem shaft, yang rapi ada celah untuk bernafas dan tidak berdesak-desakan. Akan lebih baik lagi bila dibagikan tanpa harus membuat orang miskin antri atau penerimanya merasa terhina, dan pemberinya merasa sebagai orang yang beruntung, seperti Karun.

Mbah Nur menjelsakan sebuah hadist yang dikeluarkan oleh At-Thabarani dan Al-Hasan bin Sufyan dari Muhammad bin Usman dari Bapaknya katanya, "Harisah bin An-Nu'man telah kehilangan penglihatan matanya, beliaupun mengikat benang dari kain sajadahnya ke biliknya. Apabila orang-orang miskin peminta sedekah datang, beliau akan mengambil uang dari uncangnya dan dengan bantuan benang tersebut, beliau menuju ke arah pintu itu untuk menyerahkan uang itu dengan tangannya sendiri. Melihat keadaan yang demikian, keluarganya pun berkata, 'Biarlah kami melakukannya untuk untuk mu', Sebaliknya beliau berkata: 'Sesungguhnya aku mendengar Rasulullah SAW telah bersabda,

"Memberi sedekah kepada orang miskin dengan tangan sendiri akan menyelamatkan seorang dari kematian di dalam kehinaan".

Cara memberi zakat atau sedekah ini yang belum banyak dipahami. Mudah-mudahan tragedi pembagian zakt di Pasuruan menyadarkan banyak orang kaya yang ingin bersedekah atau membayar zakat.(pit)

Tidak ada komentar:

Komentar