Jumat, Desember 19, 2008

Amerika lebih takut riba?

Mata uang dolar AS mencatat rekor terendah merosotnya terhadap euro dan turun terhadap mata uang utama lainnya pada Rabu (18/12) waktu setempat, sehari setelah Federal Reserve memangkas suku bungannya menjadi hampir nol.

Pada 2200 GMT, euro diperdagangkan pada 1,4404 dollar, naik tajam dari 1,4018 dollar akhir Selasa. Semula, mata uang tunggal Eropa telah melonjak menjadi 1,4437 dollar, level tertinggi sejak 29 September. Itu kenaikan euro paling kuat terhadap greenback sejak mata uang itu diluncurkan pada Januari 1999. Euro juga meningkat menjadi 126,02 yen dari 124,74 yen pada akhir Selasa.

Dollar juga melemah terhadap mata uang Jepang, diperdagangkan pada 87,95 yen dibandingkan dengan 88,98 yen pada Selasa. Yen semula mencapai posisi tertinggi 13-tahun terhadap dollar pada 87,11 yen.

Mata uang AS di bawah tekanan setelah Federal Reserve pada Selasa memangkas suku bunganya ke level historis terendah dari 1,0 persen menjadi ke kisaran 0 hingga 0,25 persen dan akan mempertahankan suku bunga rendahnya untuk beberapa waktu.

The Fed juga mendorong penggunaan sebuah peralatannya untuk mencairkan kebekuan kredit serta menstimulus pertumbuhan ekonomi secara all-out memerangi resesi yang telah berjalan setahun. Upaya The Fed ini rupanya justru memukul balik dolar dan menimbulkan ketidakpercayaan pada dolar AS. Pembelian mata uang euro justru meningkat.

Dari sisi transaksi komoditas mata uang pada saat bunga bank kecil memang sangat tidak menarik dan mudah untuk ditinggalkan. Pasalnya, para pemilik uang berharap uangnya bertumbuh kembang, dengan instrumen suku bunga yang tinggi. Hanya saja, bagi The Fed, bunga yang tinggi sama dengan bunuh diri, di saat negara mau runtuh akibat kredit macet yang demikian besar, yang membuat ekonomi seret.

Bunga yang mendekati Nol persen ini menarik untuk disimak, bukan saja dari sisi finansial, namun dari sisi pembelajaran umat untuk tidak ketergantungan pada bunga dalam mengembangkan dana pribadi atau lembaga adalah terobosan yang sangat mulia. Islam sendiri sudah sejak 14 abad silam melaranng adanya pengembangbiakan uang dengan cara membungakan atau bunga berbunga, alias riba.

Islam mengizinkan umatnya untuk mengembangkan modal dengan cara perdagangan, sebagaimana firman Allah swt:

"Hai orang-orang yang beriman! Jangan kamu makan harta kamu di antara kamu dengan cara yang batil, kecuali dengan jalan perdagangan dengan adanya saling kerelaan dari antara kamu." (an-Nisa': 29)

Perdagangan yang dimaksud dalam Al Quran tentu perdagangan natura. Saat ini memang sedang berkembang perdagangan dalam bentuk komoditas mata uang. Dolar AS merupakan mata uang yang paling banyak diperdagangkan di dunia. Selain sebagai mata uang sebagai alat transkasi, dolar AS juga untuk mengembangbiakkan modal. Pasalnya mata uang Amerika ini selalu berjaya diatas mata uang lain di antero jagad ini.

Pengusaha ataupun orang kaya di Indonesia pun gandrung memperjual belikan dolar AS, untuk melipatgandakan kekayaan. Bagi yang tidak tertarik dengan perdagangan, maka cukup berdagang dolar AS, dengan cara pagi dibeli sore dilepas, atau ditabung dengan harapan mendapatkan bunga yang tinggi dibanding dengan ditabung dengan menggunakan mata uang rupiah.

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk mengajak para pengusaha maupun perorangan yang suka memperdagangkan Dolar AS mengganti dengan rupiah, dengan iming-iming suku bunga tinggi. Iming-iming inilah yang menjadi titik awal perburuan bunga tinggi dikalangan pemilik modal, yang secara tidak sadar mendorong masuk kejurang riba.

Meski Allah swt telah berfirman sejak 14 abad silam dalam Al Quran:

"Hai orang-orang yang beriman! Takutlah kepada Allah, dan tinggalkanlah apa yang tertinggal daripada riba jika kamu benar-benar beriman. Apabila kamu tidak mau berbuat demikian, maka terimalah peperangan dari Allah dan Rasul-Nya, dan jika kamu sudah bertobat, maka bagi kamu adalah pokok-pokok hartamu, kamu tidak boleh berbuat zalim juga tidak mau dizalimi." (al-Baqarah: 278-279)

Amerika sekarang menerapkan bunga hampir nol persen, tentu bukan karena takut siksa Allah swt, namun lebih takut pada krisis finansial yang berkepanjangan. Entah sampai kapan kebijakan The Fed itu akan berlangsung. Dan, itupun masih trail and error, karena dalam beberapa hari saja, mata uang dolar AS langsung terpuruk.

Namun cara Amerika ini selalu dengan perhitungan matang, bisa jadi ini akan berlangsung lama, sehingga masyarakat Amerika terbiasa untuk tidak mendapatkan bunga saat menabung di bank. Harapannya, pemilik modal tidak hanya berpangku tangan terus mendapatkan bunga besar dan uangnya terus menggunung. Bisa jadi pemerintah berharap, semua pemilik modal mau bekerja dan melakukan transaksi perdagangan, sehingga ekonomi Amerika menjadi tumbuh.

Bila saja semangat AS untuk menahan bunga rendah mendekati nol itu berhasil, alangkah hebatnya AS. Tanpa harus takut riba, tapi cara yang dilakukan sungguh seperti yang telah diperintahkan oleh Allah swt. Tanpa fatwa MUI, tanpa harus sering datang ke pengajian, krisis membuat mereka harus menerapkan ajaran Islam tanpa mereka harus masuk Islam.

Bagaimana dengan umat Islam di negeri kita. Hingga saat ini masih saja banyak yang berharap bunga bank tinggi sehingga mendapatkan kapitalisasi modal tanpa harus kerja keras. Kesadaran untuk bekerja keras dulu, baru menikmati hasil, seperti yang dilakukan oleh para bule AS itu tidak bisa diterapkan di negeri ini.

Karena itu, meski MUI memfatwakan bunga bank adalah riba, dan riba adalah haram. Bisa dipastikan fatwa itu hanya di dengar oleh sebagian kecil umat Islam yang kaya. Sebagian besar umat Islam yang kaya dan tak ingin kerja keras, tentu berharap hidup dari bunga depositonya. Artinya masih tega menikmati bunga bank yang jelas haram.

Padahal Allah telah memproklamirkan perang untuk memberantas riba dan orang-orang yang meribakan harta serta menerangkan betapa bahayanya dalam masyarakat, sebagaimana yang diterangkan oleh Nabi:

"Apabila riba dan zina sudah merata di suatu daerah, maka mereka telah menghalalkan dirinya untuk mendapat siksaan Allah." (Riwayat Hakim; dan yang seperti itu diriwayatkan juga oleh Abu Ya'la dengan sanad yang baik)

Jadi siapa yang harus diperangi? Orang Amerika yang jelas Yahudi tapi tidak memberi bunga, atau Umat Islam Indonesia yang melaksanakan ibadah sesuai dengan ajaran Rasulullah saw tetapi masih menikmati riba? Mari kita renungkan.(pit)

Senin, Desember 08, 2008

Qurban bukan money politic

Takbir berkumandang di segala penjuru arah mengagungkan nama Allah swt, sebagai pertanda datangnya hari Raya Idul Adha bagi umat Ismal di dunia. Hari Raya Qurban demikian orang menyebutnya, ada yang menyebut dengan Hari Raya Haji. Hari raya idul Adha adalah saat yang tepat untuk berbagi kepada sesama, berupa daging kambing, sapi, dan onta.

Qurban berbeda dengan sesaji pada penganut animisme dan dinamisme. Sesaji, juga berupa makanan atau bahkan manusia disajikan pada alam atau dewa-dewa agar para dewa tidak murka kepada alam dan manusia. Qurban tidak disajikan untuk Tuhan. Umat Islam perlu bersyukur memiliki Tuhan, Allah swt yang maha kaya dan maha memiliki alam semesta beserta isinya, Allah tidak butuh pemberian manusia. Allah tidak memerlukan daging, makanan atau bahkan wanita untuk disajikan kepada-Nya.

Lantas untuk siapa kurban, domba, sapi dan onta? Kurban dari manusia untuk umat manusia. Ber-qurban, adalah belajar untuk memahami sesama, berbagi untuk sesama. Orang yang dikategorikan mampu harus atau wajib berqurban dengan menyembelih domba, sapi atau onta. Dan hasil penyembelaian diberikan kepada saudara dekat dan saudara jauh, tetangga dan handai tolan yang setiap hari hidup dalam himpitan kemiskinan.

Sebagaimana dalam firman Allah swt:
“Maka dirikanlah shalat karena Rabbmu dan sembelihlah hewan qurban.” (Al-Kautsar: 2)
Sisi keutamaannya adalah bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala dalam dua ayat di atas menggandengkan ibadah berqurban dengan ibadah shalat yang merupakan rukun Islam kedua.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullahu sebagaimana dalam Majmu’ Fatawa (16/531-532) ketika menafsirkan ayat kedua surat Al-Kautsar menguraikan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan beliau untuk mengumpulkan dua ibadah yang agung ini yaitu shalat dan menyembelih qurban yang menunjukkan sikap taqarrub, tawadhu’, merasa butuh kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, husnuzhan, keyakinan yang kuat dan ketenangan hati kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, janji, perintah, serta keutamaan-Nya.”

Beliau mengatakan lagi: “Oleh sebab itulah, Allah Subhanahu wa Ta’ala menggandengkan keduanya dalam firman-Nya:
"Katakanlah; sesungguhnya shalatku, sembelihanku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam’.” (Al-An’am: 162)
Walhasil, shalat dan menyembelih qurban adalah ibadah paling utama yang dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Beliau juga menegaskan: “Ibadah harta benda yang paling mulia adalah menyembelih qurban, sedangkan ibadah badan yang paling utama adalah shalat.”

Dengan qurban, manusia menjadi merasa setara tak ada yang merasa lebih atau kekurangan. Bahkan, Allah swt melarang umat Islam puasa selama empat hari yakni pada hari raya Idul Adha dan tiga hari tasri'. Ini berarti pad empat hari itu, umat Islam di dipersilahkan untuk menikmati daging qurban, sesuai dengan takarannya. Dalam arti lain, hari raya Qurban adalah hari dimana tak ada fakir miskin yang tak bisa makan daging, semua berbahagia menikmati daging, sapi domba atau onta.

Qurban di negeri Indonesia ini memiliki makna yang sangat besar, Apalagi kondisi krisis finansial yang berhembus dari Amerika menerjang rakyat kecil, yang baru saja bangkit dari bencana silih berganti, musim hujan datang dan banjir pun menyambutnya, dibarengi dengan perubahan musim tanam sehingga mengganggu jadwal tanam dan masa panen. Jumlah umat yang hidup digaris kemiskinan terus bertambah, baik di perkotaan maupun di pedesaan.

Qurban menjadi media komunikasi antara manusia dengan manusia. Dengan 2,5 ons daging ini menyadarkan kita semua bahwa manusia pada dasarnya tidak bisa hidup sendiri tanpa ada bantuan orang lain. Bisa saja seseorang meraih prestasi atau karier yang menjulang tinggi dengan bekal ijazah dan kemampuan intelektualnya, namun masih membutuhkan manusia lain untuk mencapai puncaknya.

Puncak karier manusia ibarat sebuah piramida, yang paling bawah menyokong atasnya, dan atasnya- dan atasnya, maka muncullah orang yang berada di pucuk piramida. Dalam kehidupan politik seorang wakil rakyat bisa duduk di kursi Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bukan hanya karena kepandainannya, namun juga pengorbanan orang-orang di sekitarnya. Begitu juga presiden, tak mungkin bisa terpilih bila rakyat tidak menghendakinya.

Disinilah makna qurban, orang yang berada di atas baik secara finansial maupun karier dan prestasi, harus dan wajib ingat mengingat orang-orang yang telah secara ikhlas mendorongnya keatas, baik dengan sepengetahuannya langsung maupun tanpa sepengatahuannya.

Di saat negeri sedang sibuk kampanye partai politik untuk Pemilu legislatif pada April 2009, tidak sedikit politisi yang menggunakan moment Idul Qurban sebagai wahana untuk memperluas loyalitas rakyat pada partai atau person dengan iming-iming daging Qurban. Qurban dijadikan sarana Money Politic.

Tentu sangat beda Qurban dengan Money politik. Money politic diberikan dengan dasar nafsu politik atau kekuasaan, dengan tujuan mengharapkan imbalan berupa loyalitas palsu dari orang-orang yang diberinya. Money politic sama sekali tidak mengharap ridha Allah swt. Bahkan Money Politic menjauhkan diri dari rasa ikhlas, dan membangun fondasi keangkuhan, dengan menganggap bahwa segala sesuatu dapat dibeli dengan uang.

Sedangkan Qurban diberikan dengan niat dasar ikhlas mengharapkan keridhaan Allah swt, atas dasar cinta, dan ucapan terimakasih yang tak ternilai kepada Allah swt atas karunia berupa keimanan, rizki, kesehatan, karier, jabatan, keluarga yang bahagia, serta anak yang sholeh dan ilmu yang bermanfaat.

Ber-qurban sama sekali tidak boleh dilandasi oleh rasa takut kepada Allah swt, namun didasari keikhlasan dan keimanan kepada agama Allah swt, dan didorong keinginan mendirikan bangunan ibadah yang utama, serta membangun sebuah kekuatan bathiniah guna menjalin silaturahim dengan sesama secara abadi, di dunia dan di akhirat kelak. (pit)

Kamis, Desember 04, 2008

Off Road Menyusur Tebing Hibur Korban Bencana




DERU knalpot mobil Toyota Hardtop dengan roda besar ukuran 31 inch memecah keheningan pagi para petani teh di sekitar lokasi wisata Situ Cisanti Kabupaten Bandung pada Sabtu (28/11) pagi hari. Mobil off road itu jumlahnya makin banyak saat waktu mendekati pukul 07.00 wib, saat Walikota Bandung Dada Rosada beserta rombongan Hardtopnya memasuki area parkir Cisanti.

Para pemilik Toyota Hardtop ini tergabung dalam komunitas Penggemar Hardtop (PENHARD) Bermartabat Bandung. Menurut Soekarno, Ketua Umum Penhard Bermatabat Bandung, jumlah penggemar Hardtop sebanyak 148 anggota yang tersebar di Bandung dan kota-kota lain di Jawa Barat. Penhard terbentuk pada 6 Mei 2007 ditandai dengan off road Bandung menuju Kawah Cikamojang berakhir di Ciparay Kabupaten Bandung..

Kegiatan kedua diberi title Penhard Adventure Running (PAR) II dengan mengambil lokasi start di Situ Cisanti menyusuri jalan batu yang penuh tanjangan dan tikungan tajam serta berlumpur di perkebunan PTPN VIII Kabupaten Bandung menuju Rancabuaya Kecamatan Caringin Kabupaten Garut.

PAR II diikuti oleh 61 kendaraan, yang terdiri atas 47 Hardtop dan 14 SUV merek lain. Bendera start diangkat oleh Walikota Bandung Dada Rosada yang juga sebagai Pelindung Penghard Bermartabat Bandung didampingi Dr Edi Siswadi MSi, Sekda Kota Bandung, Nanang Sudjana, Ketua Korpri Kota Bandung.

Peserta dibagi dalam kelompok-kelompok sesuai dengan pertemanan masing-masing anggota Penhard. Para pejabat pemkot bergabung menyatu, begitu juga para camat, anggota dewan, dua ulama, Ustadz Jujun Junaidi dan KH Zamzami Asep Herawadi juga turut menyermarakkan PAR II.

Cuaca medung dan berkabut di Pegunungan Papandayan Kabupaten Garut meminta peserta PAR II bersabar dan waspada dengan kecepatan rata-rata 20 km per jam. Apalagi jalan yang dilalui hanya cukup untuk satu mobil, sehingga tim penunjuk jalan dikomandani Hendy Sutisna ekstra waspada terhadap kendaraan yang berlawanan arah.

Perjalanan 13 jam tak terasa melelahkan, karena diselingi dengan perhentian untuk melemaskan urat yang kaku. Saat berhenti di Sumadra, Pakenjeng, Garut, ada perkampungan terpencil, peserta menyempatkan beramah tama dengan mengadakan game dipandu oleh Ustadz Jujun.

“Siapa yang tau nama pemain Persib?” tanya Ustadz Jujun. Spontan warga yang duduk-duduk terdiri atas laki-laki dan perempuan serta anak-anak mengacungkan tangan. “Saya Ustadz, Pemain Persib, Zainal Arif.” Penjawab pun mendapatkan hadiah.

“Siapa yang tau nama Ketua Persib,” tanya Ustadz Jujun. Semua terdiam, hanya seorang bapak paruh baya yang mengacungkan tangan, “Dada Rosada,” jawabnya. Namun saat ditanya mana orangnya, Bapak tersebut tak tahu. “Itu Pak Dada Rosada,” kata Ustadz Jujun sambil menunjuk Ketua Persib yang berdiri agak jauh dari penjawab.

Rombongan Penhard memasuki Ranca Buaya pukul 19.30 wib, dan langsung menuju lokasi pengajian di kecamatan Caringin dimana ribuan jemaah ustadz Jujun sudah menunggu. Sebelum Ustadz Jujun ceramah tentang makna Kurban bagi umat Islam, diawali dengan penyerahan santunan dari Walikota Bandung Dada Rosada untuk warga yang terkena bencana di Kecamatan Caringin Garut sebesar Rp 10 juta, dan Rp 5 juta untuk membenahi mushollah dan Rp 5 juta untuk hewan kurban, serta 10 Al Quran sumbangan dari anggota baru Penhard.

Acara adventure hari pertama diakhiri dengan pemberian secara simbolis kartu anggota dan buku panduan diiringi musik dangdut dari Caringin dengan empat penyanyi seksi dari Bandung, dipandu MC Rudi Jamil dari Bandung.(pit)

Komentar