Kamis, September 11, 2008

Menengok Perluasan Masjidil Haram (1)
Pasar Seng dan Bakso Si Doel lenyap sudah


ALHAMDULILLAH. Kata pujian terucap oleh sabagian jemaah umrah ketika bus yang mengangkut rombongan berhenti di depan hotel Ad Durra yang menghadap Masjidil Haram. Dengan berpakaian ikhram jemaah umrah yang sebaian besar dalam kondisi setengah ngantuk tak segera masuk ruang lobi hotel, mereka berjajar di depan bus untuk melihat kemegahan Masjidil Haram di malam hari.

Rasa capek tak bisa disembunyikan dari raut muka para jemaah, setelah menempuh perjalanan Jakarta-Jeddah dengan menghabiskan waktu 9 jam lebih, ditambah lagi waktu menunggu di Bandara King Abdul Aziz untuk penyelesaian dokumen imigrasi dan menunggu bagasi. Namun, mata jemaah mendadak berbinar saat melihat Masjidil Haram yang disinari ribuan kilo watt lampu halogen. Sebagian jemaah bahkan meneteskan air mata bahagia, bisa datang ke Baitullah.

”Masya Allah, aku telah tiba di rumah Allah di Mekkah. Sudah bertahun-tahun aku merindukannya, dan memohon kepada Allah di setiap doaku,” kata Ratna Suharwati, jemaah umrah, dengan meneteskan air mata.

Ketika jemaah berjalan menuju Masjidil Haram untuk melaksanakan ibadah umrah berjalan berderet dengan hati-hati, rasa capek itu sudah tak nampak lagi di wajah para jemaah. Keinginan untuk melaksanakan ibadah umrah di Masjidil Haram itu telah membuat jemaah bersemangat, meski debu beterbangan dan hembus dinginnya angin dini hari di Mekkah.

Ada pemandangan yang baru di sekitar Masjidil Haram yakni debu beterbangan, suara mesin pemecah batu yang tak henti-hentinya 24 jam nonstop, serta deru knalpot truk, bolduzer, dum truck pengangkut reruntuhan gedung hotel yang berada di sebelah utara Masjidil Haram. Di tempat sa’i yang diperluas menjadi tiga lantai pun suara alat pemotong batu granit tak henti-hentinya berderit. Meski demikian tak menganggu ritual jemaah dari berbagai belahan bumi untuk melaksanakan sa’i.

Wajah Masjidil Haram memang telah diubah. Selama ini Masjidil Haram dikepung oleh gedung-gedung per hotelan dan pertokoan, sehingga terasa sangat sesak. Kini Raja Abdullah bin Abdul Aziz menyetujui pelataran sebelah utara Masjidil Haram diperluas hingga 300.000 meter persegi, sehingga tercatat sebagai perluasan terbesar sepanjang sejarah Islam.

Dengan demikian sejumlah gedung dan hotel mulai digusur dari sebelah utara sampai sebelah barat daya yaitu wilayah Gazzah, Raqubah, Gararah, Falaq Syamia dan Jabal Hindi. ”Wah Pasar Seng-nya sudah rata dengan tanah,” celetuk jemaah umrah.

Pasar Seng di Raqubah memang sudah tak ada lagi, tinggal gundukan tanah bekas renruntuhan bangunan. Bahkan hotel bintang lima dan empat sekalipun, mulai Hotel Sheraton, Hotel Sofitel, Hotel Qurtuba, Hotel Zahret, Hotel Darkum, Hotel Talal, Hotel Firdaus Umrah, hingga Hotel Firdaus Mekkah, semuanya diratakan dengan tanah oleh bolduser milik kontraktor ternama Saudi, bin Laden.. Hotel-hotel ini, bersama bangunan perumahan lainnya, masuk areal seluas 587.250 meter persegi di seluruh Mekkah yang harus ditata ulang.

Jemaah yang biasa setelah melaksanakan tahalul dan keluar memilih pintu Masjidil Haram, Babul Umrah, sudah tidak akan bertemu lagi dengan makanan favoritnya, yakni Bakso Si Doel. Kebetulan rombongan jemaah umrah PT Linda Jaya kebanyakan warga Jawa timur, mereka harus menahan nafsu untuk menikmati Nasi Rawon Pak Said di sekitar Pasar Seng.

Raja Abdullah ingin menambah 35% kapasitas Masjidil Haram. Pada saat ini, masjid seluas 356.000 meter persegi itu mampu menampung hingga 2 juta jamaah di dalam dan di halaman. Setiap tahun, jumlah jamaah haji mencapai 4 juta orang, plus belasan juta jamaah umrah. Selama lima tahun mendatang, jumlahnya meningkat hingga 10% setiap tahun. Data Kadin Mekkah menyebutkan, tahun lalu, belanja para jamaah haji dan umrah mencapai 10 milyar riyal (Rp 25 trilyun) di Mekkah saja.

Dengan perluasan ini, jemaah harus menahan keinginan untuk berburu oleh-oleh di Mekkah, nyaris tak ada pedagang yang menjual souvenir di sekitar Masjidil Haram. Kalau pun ada harus bermain petak umpet dengan para petugas keamanan.

Proyek yang diperkirakan baru tuntas tahun 2020 itu bakal menyerap dana hingga 100 milyar dolar AS (Rp 920 trilyun). Gelontoran dana superbanyak ini mencakup pembangunan gedung pencakar langit, pusat perbelanjaan, apartemen, dan hotel-hotel baru di Mekkah.

Renovasi Masjidil Haram dan kota Mekkah dijalankan lewat 973 proyek baru. Terbagi menjadi beberapa wilayah, seperti 85 proyek di wilayah Syamiyah yang terletak di sisi barat laut hingga utara Masjidil Haram. Kawasan ini akan dipenuhi hotel bintang lima, pertokoan, pusat perbelanjaan, dan restoran.

Di sisi barat Masjidil Haram yang meliputi kawasan Jabal Umar dan Jabal Ka'bah dibangun hal serupa. Plus stasiun kereta api induk, areal parkir yang mampu memuat 12.000 mobil, pasar, dan fasilitas umum lainnya. Sebuah terowongan sepanjang 1.000 meter akan dibangun menembus Jabal Umar dan menyambung ke Jalan Ummul Qura.

Meski debu berterbangan dan mobil kebakaran terus menerus lalu lalang menyemprotkan air untuk mengurangi debu, tak menyurutkan niat untuk melaksanakan ibadah di Masjidil Haram. Bahkan suara yang menderu itu hampir tak terdengar di dalam masjid. Hanya sesekali terasa getaran kecil saat ada hotel yang diambrukkan, suaranya hampir mirip dengan benturan lutut jemaah ketika setelah rukuk hendak melakukan sujud.(pit)

Tidak ada komentar:

Komentar