Selasa, September 23, 2008

Pornografi itu foto pelacur

TV di balaidesa hari itu agak kurang sehat, banyak bintik-bintik muncul dan kadang-kadang gambarnya hilang. Salah seorang penonton TV yang sudah sabar menunggu acara yang paling ditunggu-tunggu yakni Adzan Maghrib, menyeletuk, "Wah ini nih akibat RUU Pornografi, semua gambar banyak yang disensor." Tawa pun membahana di balaidesa.

"Sampeyan iki kaya ngerti saja RUU Pornografi. Pornografi itu apa sih?" tanya Cak Dul penonton TV yang juga menunggu Adzan Manghrib.

Selesai salat tarawih di musholah para santri dengan suka cita menabuh bedug berkali-kali. Tradisi tabuh bedug ini sebagai tanda malam ganjil telah tiba, malam itu memasuki malam 23. Sebagaimana para santri ketahui, bila malam ganjil diyakini akan tiba malam Lailatul Qadar. Tabuh bedug bertalu-talu mengingatkan pada kaum muslimin agar segera melakukan iktiqaf di Masjid, membaca Al-Quran, Salat Tahajud atau memperbanyak sedeqah.

Mbah Nur duduk bersilah sambil memegang kipas, dan membuka baju gamisnya hingga kelihatan kaos singletnya. Santrinya yang tak kebagian menabuh bedug mereka berlarian di halaman musholah. Sebagian mengaji bergantian, sesekali Mbah Nur mengingatkan tajwidnya meski tanpa melihat Al-Quran.

Setelah musholah mulai sepi, tak ada suara lagi, Mbah Nur mengundang santrinya duduk sambil menikmati gorengan tahu isi dan petis pedas kiriman dari warga sekitar. Sambil makan dan duduk santai, aku bertanya ke Mbah Nur tentang celetukan di Balaidesa tadi sore. "Mbah Pornografi itu apa sih, kok semua orang ngomongin dan ada yang pro dan kontra?"

Mbah Nur mengangguk tanda minta sabar sebentar karena sedang mengunyah tahu isi dan cabe merah. Para santri pun mendengarkan sambil berebut mengambil tahu isi, mereka tak tau lagi sudah habis berapa. Kiriman makanan untuk takjil sore itu memang sangat banyak, hal ini sudah biasa setiap kali memasuki 10 hari terakhir makin banyak orang yang bersedekah untuk takjil. Oleh Mbah Nur pun diatur agar tidak habis langsung, tapi dibagikan sebagian setelah salat tarawih.

"Pornografi?" kata Mbah Nur.
Mbah Nur mengutip dari kata dasarnya. Pornografi dari bahasa Yunani πορνογραφία pornographia — secara harafiah tulisan tentang atau gambar tentang pelacur. Kadang kala juga disingkat menjadi "porn," "pr0n," atau "porno" adalah penggambaran tubuh manusia atau perilaku seksual manusia dengan tujuan membangkitkan rangsangan seksual, mirip, namun berbeda dengan erotika, meskipun kedua istilah ini sering digunakan secara bergantian.

Nah kenapa sekarang diramaikan, karena masyarakat kita ini kan majemuk, ada berbagai adat istiadat, suku dan budaya. Mereka berbeda-beda dalam melihat dan mengartikan pronografi. Yang setuju RUU Pronografi tentu menginginkan semua masyarakat Indonesia berbusana dengan menutup aurat seperti yang diajarkan Islam. Dan mereka berpendangan dengan semakin banyaknya orang yang menutup aurat akan mengurangi angka pemerkosaan dan kejahatan sexual lainnya.

Sedangkan yang tidak setuju atau kontra terhadap RUU Pornografi, ya mereka melihat Indonesia ini negara yang demokratis dan memberi kebebasan kepada masyarakatnya untuk mengekspresikan dirinya. Jadi mereka itu keberatan bila anjuran untuk menutup aurat itu diterapkan di negeri ini.

Namun ada yang berfikiran tidak semua pornografi itu membahayakan, asal pemerintahnya ketat membuat aturan. Maksud mereka, tarian yang mengundang atau membangkitkan sexual itu tidak semua harus dihapuskan. Misalnya, di Bandung ada tari Jaipong yang meliuk-liuk, atau tari Bali yang juga membuka aurat, tidak harus dihapus atas nama undang-undang pornografi.

Sebenarnya masyarakat baik yang pro maupun yang kontra itu tahu batasannya. Yang diinginkan itu jangan ada tarian erotis seperti streaptes, tarian perut seperti di Mesir atau tari telanjang. Tapi kalau tari budaya yang sudah mengakar dan itu menjadi kekayaan bangsa kita seharusnya tidak perlu diributkan.

Ada orang yang memang hobinya meributkan sesuatu yang tidak perlu diributkan. Ada yang sok agamis lalu menyerang orang lain dengan dalih RUU Pornografi. Islam dikembangkan bukan untuk mengganyang budaya orang yang sudah mengakar, Islam hanya mengajarkan agar masyarakat berakhlak mulia. Pertanyaannya, apakah Tari Jaipong itu membuat akhlak orang menjadi rusak, bila tidak ya untuk apa Jaipong dilarang. Tapi bila tari jaipong dibarengi dengan minum-minuman keras yang berakhir dengan prostitusi, ya efek tari itu yang harus diluruskan.

Tari Bali apakah karena tari itu terus bule-bule jadi kumpul kebo? Tentu bukan, justru bule dari berbagai negeri datang ke Bali karena keindahan seni tarinya, bukan kecantikan atau kemolekan tubuhnya. Karena tari kecak yang ditarikan oleh laki-laki juga menarik bule perempuan, tapi bukan tertarik alasan nafsu, tertarik karena seni tarinya.

Soal pemerkosaan atau kejahatan seksual yang terus bertambah, memang ada andil yang besar dari tayangan TV khususnya film barat yang lolos sensor, dan sinetron produksi Indonesia yang seolah-olah hidup penuh kebabasan. Adegan ciuman diumbar, pakaian mengikuti mode dan tak tau adab sopan santun. Itu yang kehilangan ruh Indonesia sebagai negeri yang santun. Mereka yang ditayangkan di sinteron atau film Indonesia itu lebih berkiblat ke Amerika. Segala sesuatu yang berasal dari Amerika dianggap baik dan dipaksakan masuk ke norma-norma yang sudah ratusan tahun diterapkan di negeri ini.

Wali songo misalnya, memasukkan ajaran Islam tidak frontal pelan-pelan tapi pasti, melalui budaya sehingga dikenal perpaduan budaya Jawa dan Islam, yang melahirkan sebuah sejarah budaya yang indah dan dikenang sepanjang zaman. Mungkin para wali waktu itu juga agak risih melihat ibu-ibu di kampung hanya menggunakan kemben dan kain panjang saja, mondar-mandir di halaman rumah dan di pasar-pasar. Maka dikenalkan dengan budaya menutup aurat secara perlahan, dengan menggunakan baju kebaya dan kerudung, meski rambutnya masih kelihatan. Maka jadilah kebaya sebagai pakian nasional.

Seharusnya gerakan budaya Islam yang digerakkan oleh tokoh-tokoh dan para pemikir Islam di negeri ini. Tidak semua-semua menggerakkan dengan kekerasan serta merta atas nama Undang-Undang Pornografi. Pornografi dikurangi memang harus, tapi sangat mustahil pornografi itu dibasmi atau diberantas dan itu akan menghabiskan energi.

Rasulullah SAW bersabda: “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: Laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim)

Dari hadits di atas jelas bahwa tidak akan mencium bau surga orang yang suka memukul dan wanita-wanita yang mengumbar aurat atau berpakaian seksi. Bayangkan, menciumnya saja tidak bisa apalagi masuk surga. Padahal bau surga itu bisa tercium dari jarak yang sangat jauh.

Oleh karena itu kita wajib mengingatkan kepada wanita muslim yang senang berpakian seksi dengan tujuan untuk memamerkan tubuhnya. Begitu juga mengingatkan tidak harus dengan kekerasan apalagi memukul. Nanti skornya jadi sama, yakni sama-sama tidak masuk surga. Ada banyak cara mengingatkan tanpa kekerasan dan tidak menghinakan orang lain. Islam mengajarkan kita berlaku santun dan menghormati perbedaan, sehingga segala sesuatunya perlu dilakukan secara sabar dan terus menerus. Apa artinya orang menutup aurat karena takut masuk penjara karena melanggar undang-undang porno grafi tapi tidak takut pada Tuhannya.

Mbah Nur menukil sebuah ayat Al Quran, :

“Hai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang-orang mukmin: ‘Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.’ Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal dan oleh karenanya mereka tidak diganggu. Dan ALLAH SWT Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Qs. Al-Ahzab: 59).

Jadi tidak perlu ikut-ikutan ribut soal pornografi, yang penting tata dulu keluarga kita. Kalau masing-masing menata keluarganya, Insya Allah tanpa RUU Pornografi pun negeri ini akan aman dan tentram serta di ridhoi Allah swt. "Amin," jawab para santri. (pit)

Tidak ada komentar:

Komentar