Jumat, November 21, 2008

Mundurnya Iklan Rizal Malarangeng

Mundurnya Rizal Malarangeng pada bursa Calon Presiden 2009 cukup membuat prihatin kalangan muda. Rizal Malarangeng yang gencar memasang iklan mulai Juli 2008 di TV dan Koran serta Billboard di Kota-Kota besar di republik ini, akhirnya mengakui bahwa iklan saja tidak cukup untuk mendongkrak namanya untuk mendapat dukungan yang lebih luas.

Mengangkat isu Capres dari golong muda ternyata tak begitu diperhatikan oleh rakyat negeri ini. Berdasarkan pengakuan Rizal, berbagai upaya sudah dilakukan untuk mendongkrak namanya, namun tetap saja ratingnya kalah dengan seniornya, SBY dan Megawati. Kedua tokoh ini rating terus berkejar-kejaran, dan satu nama baru Prabowo yang menjadi kuda hitam. bahkan hasil survey LSI yang baru iklan kampanye Prabowo berhasil merebut posisi teratas dengan meraih 65 persen suara, dan diikuti oleh SBY, urutan ketiga adalah Megawati.

Di Jawa Timur juga ada fenomena menarik saat Pilkada, yakni Sukarwo dan Saifullah Yusuf (KarSa) dinyakan sebagai pemenang Pilgub Jatim mengalahkan Kofifah Indar Parawangsa dengan selisih 60.233 suara untuk KarSa dibanding dengan Kaji. Kaji meraih 7.669.721 suara dan Karsa 7.729.944 suara.

Bila disimak lebih dalam lagi, kemenangan KarSa, Pakde Karwo dan Saifullah Yusuf, adalah sebuah upaya kerja keras Karwo yang sudah sekian lama menjadi birokrat di Jawa Timur, namanya ada di STNK mobil dan motor se-Jawa Timur, sebagai Kadispenda Prop Jatim. Saifullah Yusuf, juga sangat dekat dengan kaum Nahdliyin khususnya anak-anak muda, sebagai Ketua Umum Gerakan Anshor.

Suara mereka didongkrak lagi dengan masuknya partai besar Golkar, Demokrat, PKS, PAN, PKB. Masing-masing menggerakkan mesin partainya. Dan iklan di media massa maupun di TV serta Baliho hanya sebagai remainding saja, bukan sebagai alat utama untuk mengeruk suara.

Kofifah, namanya juga sudah demikian dikenal, sebagai aktivis perempuan bahkan pernah menjadi menteri di zaman pemerintah Gus Dur. Hanya saja, pendampinginya, Mujiono masih membutuhkan energi besar untuk di dongkrak suaranya. Namun, hasil tipis menunjukkan kerja keras di dua bagian sangatlah luar biasa.

Menyimak kinerja partai dan prestasi personal Karwo dan Saifullah serta Kofifah, ini sangat berbeda dengan munculnya Rizal Malarangeng. Rizal seolah-olah tiba-tiba saja muncul ke permukaan tanpa awalan yang gilang gemilang. Banyak orang mempertanyakan Siapa sebenarnya Rizal Malarangeng. Seandainya Andi Malarangeng tidak menjadi pengamat politik ternama dan juru bicara kepresidenan, tentu banyak orang tak tau asal usul Rizal Malarangeng, sehingga menyulitkan bagi tim suksesnya untuk menaikkan di orbit politik nasional.

Isu generasi muda belum tentu direspon, meski masyarakat Indonesia, boleh dibilang sering melakukan trial and error, namun tidak terlalu gambling banget. Hal inilah yang membuat nama Rizal, yang tidak bisa dinaikkan menyamai rating SBY yang mengkonsepkan kampanye dengan menampilkan keberhasilannya dan berslogan: LANJUTKAN !.

Megawati mencoba mendekati massa rakyat kecil lagi, dan tetap bersemboyan untuk Wong Cilik Sembako Murah.

Prabowo, menyuarakan keluhan rakyat khususnya petani, nelayan dan pedagangan pasar tradisional, suaranya langsung naik bersama Gerindra.

Apakah mereka terdongkrak karena iklan di koran, TV dan Billboard, jawabnya TIDAK. Nama mereka sudah dikenal jelas oleh masyarakat dengan track recordnya sendiri-sendiri. Iklan hanya untuk REMAINDING kepada rakyat yang sudah lama tak bertemu atau lupa.

Jadi jelas, iklan bukanlah satu-satunya cara untuk memenangkan suara dalam pilpres, tetapi kerja nyata dan prestasi kepada masyarakatlah yang sangat menentukan.(pit)

Tidak ada komentar:

Komentar