Jumat, Oktober 24, 2008

Kredit Rumah untuk investasi

Kredit Rumah di Amerika dihentikan akibat krisis subprime Mortgage yang berbuah krisis global. Saat ini bunga bank khusus untuk kredit rumah atau sejenisnya mengalami lonjakan, ada bank swasta maupun pemerintah Indonesia memang suku bunga kredit 16 - 17 persen. Uang muka atau Down Payment juga dipatok 30 persen. Krisis ini memang membuat banyak orang jadi senewen di negeri ini.

Telepon saya berdering usai salat subuh, aku lihat nama temenku di Surabaya. Aku semula mengira, dia akan marah karena Deltras Sidoarjo kalah 2:0 lawan Persib Bandung. Ternyata dia minta pendapat tentang investasi di sektor perumahan. Aku pikir dia sudah jadi developer, ternyata tidak. Dia lagi beruntung saja baru menjual rumah pada awal puasa lalu, dan sekarang di saat krisis melanda uang di kantongnya sangat tebal menurut ukuranku.

Dalam percakapan, dia menanyakan, Apakah investasi rumah di saat kredit rumah seret ini menguntungkan? Saya agak bingung menjawabnya, dia sendiri tau, kredit seret, suku bunga tinggi, kenapa mesti tanya. Tapi, aku berusaha jawab semampuku. Aku tanya berapa nilai rumah yang akan dibeli?

Rumah tipe 65 luas bangunan 215 m2, harganya dipatok Rp 515 juta. Uang muka yang disyaratkan 30 persen, sehingga total uang muka termasuk pajak dan akat jual beli, biaya balik nama, serta administrasi bank sekitar Rp 213 juta. Suku bunga dipatok bank 17 persen. Saat aku tanya soal waktu angsuran, dia bilang aku masih usia 40 tahun, jadi masih boleh dong mengangsur 15 tahun. Setelah dihitung bersama ketemulah nilai angsuran per bulan Rp 4,7 juta per bulan selama 15 tahun.

Aku coba hitung dengan gaya pedagang dipinggir jalan saja, uang muka Rp 213 juta bila didepositokan dalam kondisi seperti saat ini masih bisalah dapat bunga 10 persen, dalam waktu 15 tahun, anggap saja bunganya rata selama 15 tahun, maka dia akan mengantongi uang bunga Rp 322.500.000. Uang Rp 213 juta masih utuh dideposito. Uang angsuran Rp 4,7 juta x 12 bulan x 15 tahun = Rp Rp 846 juta. Total harga rumahnya Rp 1.059 miliar, atau hampir dua kali lipat harga awal.

Padahal dalam waktu 15 tahun di saat dia siap-siap pensiun bila uangnya tidak dibelikan rumah, dia bisa mengantongi uang Rp 1,38 miliar. Suatu pesangon yang sangat besar, bagi karyawan setingkat dia, apalagi saya. Saya bertanya balik, apakah harga rumah bisa tiga kali lipat dari harga beli? Dia susah menjawab.

Setahuku membeli rumah sangat dipengaruhi oleh lokasi dan lingkungan. Lokasi strategis, tetapi lingkungannya kurang mendukung akan sulit mencari pembeli, seandainya ada pun harganya belum tentu bisa tiga kali lipat harga beli. Selain itu, investasi dalam bentuk rumah dan tanah itu tidak likuid, hanya bagi orang yang kemampuan keuangannya mapan yang sanggup. Bagi kalangan menengah, perlu memikirkan likuiditas sebuah investasi.

Jangan sampai terjadi saat membutuhkan uang, justru kesulitan karena menjual rumah dan tanah tak seperti menjual koran, kelakarku. Koran pagi diedarkan dengan harga Rp 1.000 saja masih bisa retur, bila tak ada pembeli atau kesiangan datangnya. Apalagi rumah dalam nilai miliaran rupiah.

Temenku pun akhirnya, memilih diam sejenak, lalu mengatakan, oke aku pertimbangkan, dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Investasi dalam bentuk rumah kedua, memang pada satu sisi menguntungkan karena Tuhan tidak mencipatakan bumi ini berkembangbiak, namun justru menyusut, sedangkan jumlah penduduk terus bertambah. Hanya saja, kebutuhan penduduk akan rumah belum tentu seiring dengan kemampuan finansial penduduk pada usia butuh rumah itu. Bila 15 tahun lagi perumahan itu harganya menjadi tiga kali lipat atau empat kali lipat juga tidak serta merta bisa dijual. Lihat saja barapa banyak tanah di Pondok Indah yang sudah bertahun-tahun tetap kosong, atau rumah-rumah dikawasan perumahan elit, akan susah mencari pembeli.

Investasi rumah memang bisa dijadikan pasive income, bila lokasinya memang strategis, bisa dijadikan lokasi hunian untuk ekspatriat. Namun perlu diingat, globalisasi terus bergulir, makin banyak peraturan dilonggarkan, sehingga tidak menutup kemungkinan orang ber-KTP New York bisa beli rumah di Wonokromo atau Cimahi atau Tasikmalaya. Sekarang mungkin sudah terjadi, namun dengan cara pinjam KTP orang kita.

Dalam kondisi tak menentu seperti sekarang ini, investasi yang menguntungkan ya tetap saja investasi yang mudah dicairkan, deposito, tabungan, atau emas lantakan.(pit)

Tidak ada komentar:

Komentar